“Indonesia diperkirakan Organisasi Gula Internasional (ISO)
akan menggantikan Cina sebagai negara importir gula mentah (raw sugar) terbesar
di dunia.” Berikut sepenggal informasi yang saya baca baru-baru ini di berita ternama.
Tidak heran bagi saya Indonesia dikatakan Negara importer yang cukup besar.
Tidak lain, karena Indonesia memiliki pangsa pasar gula yang sangat besar.
Masalahnya , Indonesia belum mampu untuk memenuhi pangsa pasar tersebut dengan
produksi sendiri. Padahal bila kita dapat mendayagunakan pangsa pasar yang luas
tersebut dengan baik kita dapat meningkatkan perekonomian tidak hanya bagi
Negara tetapi juga ekonomi daerah terutama para petani.
Sungguh ironi, karena dari apa yang saya baca pada era tahun
awal 1930-an,negara kita pernah mengalami puncak kegemilangan perkebunan tebu ,
menjadi Negara pengekspor kedua terbesar di dunia setelah Negara Kuba. Dimana
Negara Thailand, Brazil, Australia, India dan China yang nota bene merupakan
Negara pengekspor gula terbesar saat ini. Mereka jauh tertinggal dari kita.
Tapi itu dulu.
Sayapun merangkum informasi dan permasalahan yang saya
temukan dalam bentuk analisa Swot seperti dibawah ini. Ini merupakan opini
pribadi saya yang saya dapatkan dari berbagai sumber.
Strenght
Weakness
-
Pangsa
pasar yang luas
Berdasarkan
sensus tahun 2010 oleh badan statistic, pertumbuhan penduduk telah mencapai
237,6 juta jiwa dengan laju pertumbuhan 1,49 persen pertahun. Bayangkan
perkiraan pertambahan penduduk saat ini.
-
Iklim di
Indonesia sangat sesuai untuk tebu
-
Indonesia
memiliki lahan yang luas yang dapat didayagunakan.
Weakness
-
Kebijakan
pemerintah yang belum tepat sasaran dan lebih mengutamakan keuntungan jangka
pendek.
Saya setuju dengan opini yang diberikan oleh Bapak Siswono Yudo Husodo, Mantan
Menteri/Ketua HKTI di salah satu artikel yang beliau buat yang
menjadi salah satu sumber saya. Beliau mengatakan “Yang terjadi di Indonesia, masuknya gula
murah dunia telah ikut menghancurkan industri gula kita. Masuknya paha ayam
murah dari AS menghancurkan peternakan ayam kita. Masuknya pakaian bekas yang
sangat murah menghancurkan industri garmen dan konfeksi kita. Industri apa yang
akan jadi korban berikut?”
-
Produktivitas industri gula Indonesia
yang masih rendah dan tidak efektif dibanding negara lain.
-
Harga Gula yang di diatur oleh
negara-negara eksportir besar yang kondisi pasar global yang tidak adil yang bagi
petani untuk memperoleh keuntungan dalam produksi.
-
Kebutuhan gula yang besar tetapi daya beli masyarakat
yang rendah menyebabkan ketergantungan negara akan impor gula yang menawarkan
harga lebih murah daripada gula lokal. Bila ini tidak segera diatasi maka akan
mengancam kemandirian pangan negara kita.
Opportunity
-
Pangsa pasar gula yang besar
merupakan peluang bisnis produsen gula dalam negeri baik yang dikelola swasta
maupun Negara .
-
Berpeluang besar menjadi Negara
eksportir gula bila didukung dengan langkah-langkah dan kebijakan yang tepat.
-
Peningkatan produksi gula dalam
negeri akan meningkatkan juga pendapatan para petani dan penciptaan lapangan
kerja. Dengan syarat harga gula di dalam negeri diatur pemerintah dengan baik
yang memberikan keuntungan baik bagi petani maupun para pelaku industry gula.
Sehingga banyak pihak
Threat
-
Harga gula impor
yang lebih murah dari pada gula produksi lokal merupakan ancaman utama dalam
hal ini. Diharapkan pemerintah turut membantu ikut serta mencari
kebijakan-kebijakan yang baik bagi berbagai pihak sehingga prospek industri
gula nasional tidak mati.
-
Karena pangsa
pasar kita yang luas dan kemampuan kita yang belum bisa memenuhi kebutuhan kita
sendiri mengakibatkan kita terlalu bergantung kepada negara pengimpor gula.
-
Teknologi dalam
hal mesin dan manajemen pabrik yang
tertinggal dari Negara lain
-
Kurangnya
perhatian khusus untuk mencari bibit-bibit varietas tebu yang lebih unggul.
Memang saat ini kita jauh tertinggal
dari Negara penghasil gula seperti brazil ataupun Thailand. Bahkan kita mulai
tertinggal dari Negara China. Memang saat ini kita sangat tergantung dari impor
gula untuk memenuhi kebutuhan pasar . Dan mungkin daya tarik pelaku industri
gula pun mulai berkurang karena diserang harga gula impor yang semakin murah
dan biaya produksi yang tinggi. Tetapi tidak tertutup kemungkinan Indonesia
akan bangkit menjadi Negara penghasil gula bahkan Negara exporter gula yang
besar seperti dulu. Karena kita memiliki faktor pendukung yang sangat besar
bila dapat dimanfaatkan, pangsa pasar, iklim dan lahan yang luas.
Ada
beberapa Negara penghasil gula yang memiliki langkah-langkah dan kebijakan yang
patut kita contoh atau pelajari untuk peningkatan produksi gula kita sebagai contoh
:
Brazil
Brazil merupakan negara yang pertumbuhan lahan dan pabrik gulanya berkembang sangat cepat. Bahkan saat ini , ia memegang posisi sebagai produsen etanol berbasis gula terbesar kedua setelah amerika. Etanol adalah bahan bakar yang diolah dari ampas tebu yang dikembangkan brazil sebagai pengganti bahan bakar bensin. Keberhasilan tersebut adalah hasil program – program yang di buat brazil agar menjadi negara yang swasembada bahkan menjadi pionir di dalam isi energy berbasis gula.
Brazil merupakan negara yang pertumbuhan lahan dan pabrik gulanya berkembang sangat cepat. Bahkan saat ini , ia memegang posisi sebagai produsen etanol berbasis gula terbesar kedua setelah amerika. Etanol adalah bahan bakar yang diolah dari ampas tebu yang dikembangkan brazil sebagai pengganti bahan bakar bensin. Keberhasilan tersebut adalah hasil program – program yang di buat brazil agar menjadi negara yang swasembada bahkan menjadi pionir di dalam isi energy berbasis gula.
Berikut beberapa
hal yang telah dilakukan brazil :
-
Meningkatkan
kapasitas produksi tebu sebagai bahan ekspor dan bahan baku industry etanol.
-
Meningkatkan efisiensi dalam produksi tebu.
-
Kebijakan pemerintah yang mendukung seperti program industri Pro-Etanol yang
memberlakukan
pemakaian
bahan bakar alternatif dan pemberian potongan pajak kepada produsen dan
pengguna mobil
etanol
oleh pemerintah. Sehingga permintaan pasar akan etanol meningkatkan dan
otomatis akan menambah perkembangan lahan tebu di brazil.
- Dukungan usaha bagi petani tebu berupa penyediaan fasilitas pendukung.
- Selalu berinovasi dan melakukan penelitian terhadap varietas tebu unggul yang berproduktif tinggi
- Dukungan usaha bagi petani tebu berupa penyediaan fasilitas pendukung.
- Selalu berinovasi dan melakukan penelitian terhadap varietas tebu unggul yang berproduktif tinggi
Thailand
Pemerintah
Thailand melakukan kebijakan pengaturan impor agar industri gula di lokal tidak
terganggu dengan ancaman gula impor. Pemerintah
pun memberikan berbagai kebijakan kredit terhadap petani atau pabrik yang
membantu mereka untuk berproduksi.
Jepang
Jepang mengenakan
pungutan berupa dana regulasi yang cukup tinggi terhadap gula impor dan
menyalurkan dana hasil pungutan tersebut untuk memfasilitasi produsen gula
sehingga harga gula domestiknya mampu bersaing dengan gula impor.
Negara kita memiliki sumber daya yang melimpah. Seharusnya kita dapat memanfaatkannya dengan baik. Pemerintah memiliki peran utama dalam pengembangan perekonomian ini. Jangan sampai pribahasa “ ayam mati di lumbung padi “ menjadi suatu kenyataan miris yang menimpa Ibu Pertiwi kita.
Sumber :
Negara kita memiliki sumber daya yang melimpah. Seharusnya kita dapat memanfaatkannya dengan baik. Pemerintah memiliki peran utama dalam pengembangan perekonomian ini. Jangan sampai pribahasa “ ayam mati di lumbung padi “ menjadi suatu kenyataan miris yang menimpa Ibu Pertiwi kita.
Sumber :
Kaman Nainggolan, 2005.Kebijakan
Gula Nasional dan Persaingan Global.Agrimedia, Vol. 10. No 2. Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar