Jumat, 25 Januari 2013

Manisnya Gula, Manisnya Perekonomian Nasional

“Indonesia diperkirakan Organisasi Gula Internasional (ISO) akan menggantikan Cina sebagai negara importir gula mentah (raw sugar) terbesar di dunia.” Berikut sepenggal informasi yang saya baca baru-baru ini di berita ternama. Tidak heran bagi saya Indonesia dikatakan Negara importer yang cukup besar. Tidak lain, karena Indonesia memiliki pangsa pasar gula yang sangat besar. Masalahnya , Indonesia belum mampu untuk memenuhi pangsa pasar tersebut dengan produksi sendiri. Padahal bila kita dapat mendayagunakan pangsa pasar yang luas tersebut dengan baik kita dapat meningkatkan perekonomian tidak hanya bagi Negara tetapi juga ekonomi daerah terutama para petani. 

Sungguh ironi, karena dari apa yang saya baca pada era tahun awal 1930-an,negara kita pernah mengalami puncak kegemilangan perkebunan tebu , menjadi Negara pengekspor kedua terbesar di dunia setelah Negara Kuba. Dimana Negara Thailand, Brazil, Australia, India dan China yang nota bene merupakan Negara pengekspor gula terbesar saat ini. Mereka jauh tertinggal dari kita. Tapi itu dulu.
Sayapun merangkum informasi dan permasalahan yang saya temukan dalam bentuk analisa Swot seperti dibawah ini. Ini merupakan opini pribadi saya yang saya dapatkan dari berbagai sumber.













Strenght

-          Pangsa pasar yang luas

Berdasarkan sensus tahun 2010 oleh badan statistic, pertumbuhan penduduk telah mencapai 237,6 juta jiwa dengan laju pertumbuhan 1,49 persen pertahun. Bayangkan perkiraan pertambahan penduduk saat ini.

-          Iklim di Indonesia sangat sesuai untuk tebu

-          Indonesia memiliki lahan yang luas yang dapat didayagunakan.

Weakness 
 

-         Kebijakan pemerintah yang belum tepat sasaran dan lebih mengutamakan keuntungan jangka pendek.
Saya setuju dengan opini yang diberikan oleh Bapak Siswono Yudo Husodo, Mantan Menteri/Ketua HKTI  di salah satu artikel yang beliau buat yang menjadi salah satu sumber saya. Beliau mengatakan  “Yang terjadi di Indonesia, masuknya gula murah dunia telah ikut menghancurkan industri gula kita. Masuknya paha ayam murah dari AS menghancurkan peternakan ayam kita. Masuknya pakaian bekas yang sangat murah menghancurkan industri garmen dan konfeksi kita. Industri apa yang akan jadi korban berikut?”
-          Produktivitas industri gula Indonesia yang masih rendah dan tidak efektif dibanding negara lain.

-          Harga Gula yang di diatur oleh negara-negara eksportir besar yang kondisi pasar global yang tidak adil yang bagi petani untuk memperoleh keuntungan dalam produksi.

-          Kebutuhan gula yang besar tetapi daya beli masyarakat yang rendah menyebabkan ketergantungan negara akan impor gula yang menawarkan harga lebih murah daripada gula lokal. Bila ini tidak segera diatasi maka akan mengancam kemandirian pangan negara kita.


Opportunity



-          Pangsa pasar gula yang besar merupakan peluang bisnis produsen gula dalam negeri baik yang dikelola swasta maupun Negara .
-          Berpeluang besar menjadi Negara eksportir gula bila didukung dengan langkah-langkah dan kebijakan yang tepat.
-          Peningkatan produksi gula dalam negeri akan meningkatkan juga pendapatan para petani dan penciptaan lapangan kerja. Dengan syarat harga gula di dalam negeri diatur pemerintah dengan baik yang memberikan keuntungan baik bagi petani maupun para pelaku industry gula. Sehingga banyak pihak 

       Threat

-         Harga gula impor yang lebih murah dari pada gula produksi lokal merupakan ancaman utama dalam hal ini. Diharapkan pemerintah turut membantu ikut serta mencari kebijakan-kebijakan yang baik bagi berbagai pihak sehingga prospek industri gula nasional tidak mati.

-         Karena pangsa pasar kita yang luas dan kemampuan kita yang belum bisa memenuhi kebutuhan kita sendiri mengakibatkan kita terlalu bergantung kepada negara pengimpor gula.

-         Teknologi dalam hal mesin dan manajemen pabrik yang  tertinggal dari Negara lain

-         Kurangnya perhatian khusus untuk mencari bibit-bibit varietas tebu yang lebih unggul.


Memang saat ini kita jauh tertinggal dari Negara penghasil gula seperti brazil ataupun Thailand. Bahkan kita mulai tertinggal dari Negara China. Memang saat ini kita sangat tergantung dari impor gula untuk memenuhi kebutuhan pasar . Dan mungkin daya tarik pelaku industri gula pun mulai berkurang karena diserang harga gula impor yang semakin murah dan biaya produksi yang tinggi. Tetapi tidak tertutup kemungkinan Indonesia akan bangkit menjadi Negara penghasil gula bahkan Negara exporter gula yang besar seperti dulu. Karena kita memiliki faktor pendukung yang sangat besar bila dapat dimanfaatkan, pangsa pasar, iklim dan lahan yang luas.


Ada beberapa Negara penghasil gula yang memiliki langkah-langkah dan kebijakan yang patut kita contoh atau pelajari untuk peningkatan produksi gula kita sebagai contoh :
 Brazil
  Brazil merupakan negara yang pertumbuhan lahan dan pabrik gulanya berkembang sangat cepat. Bahkan saat ini , ia memegang posisi sebagai produsen etanol berbasis gula terbesar kedua setelah amerika. Etanol adalah bahan bakar yang diolah dari ampas tebu yang dikembangkan brazil sebagai pengganti bahan bakar bensin. Keberhasilan tersebut adalah hasil program – program yang di buat brazil agar menjadi negara yang swasembada bahkan menjadi pionir di dalam isi energy berbasis gula.
Berikut beberapa hal yang telah dilakukan brazil :
-  Meningkatkan kapasitas produksi tebu sebagai bahan ekspor dan bahan baku industry etanol.
- Meningkatkan efisiensi dalam produksi tebu.
- Kebijakan pemerintah yang mendukung seperti program industri Pro-Etanol yang memberlakukan
pemakaian bahan bakar alternatif dan pemberian potongan pajak kepada produsen dan pengguna mobil
etanol oleh pemerintah. Sehingga permintaan pasar akan etanol meningkatkan dan otomatis akan menambah perkembangan lahan tebu di brazil.
 -  Dukungan usaha bagi petani tebu berupa penyediaan fasilitas pendukung. 
   -    Selalu berinovasi dan melakukan penelitian terhadap varietas tebu unggul yang berproduktif tinggi
Thailand
Pemerintah Thailand melakukan kebijakan pengaturan impor agar industri gula di lokal tidak terganggu dengan ancaman gula impor.  Pemerintah pun memberikan berbagai kebijakan kredit terhadap petani atau pabrik yang membantu mereka untuk berproduksi.
Jepang
Jepang mengenakan pungutan berupa dana regulasi yang cukup tinggi terhadap gula impor dan menyalurkan dana hasil pungutan tersebut untuk memfasilitasi produsen gula sehingga harga gula domestiknya mampu bersaing dengan gula impor.

Negara kita memiliki sumber daya yang melimpah. Seharusnya kita dapat memanfaatkannya dengan baik. Pemerintah memiliki peran utama dalam pengembangan perekonomian ini. Jangan sampai pribahasa “ ayam mati di lumbung padi “ menjadi suatu kenyataan miris yang menimpa Ibu Pertiwi kita.

Sumber :


          Kaman Nainggolan, 2005.Kebijakan Gula Nasional dan Persaingan Global.Agrimedia, Vol. 10. No 2. Indonesia.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar